Dulu ini idaman saya, kini sudah terjejak

Setiap minum di pesawat, kami saling sulang (toast) akrab.

Sesampai di San Fransisco kami pisah karena dia menuju ouston sedang saya ke Washington.

Dia serius sekali minta saya mampir di Houston iadi tamu perusahaannya selama empat hari, temasuk pergi meninjau proyek Apollo 11.

"Mam- tidaknya saya nanti tergantung tuan rumah pengundang," Saya.

Dia berulangkali meminta saya mampir di negerinya program untuk kunjungan empat hari.

Diper- ntukanna orang pemandu, guide perempuan untuk ke- iling di proyek NASA.

Sebagai orang pimpinan Houston, Applegate yang salah seorang n perusahaan minyak besar itu, sangat bangga, justru Catatan Perjalanan ke Luar Negen malaikat yang membuka pintu," ucapnya mempertunjukkan sambil tertawa.

Di rumah Applegate saya dapati sudah hadir sekitar 20 tamu.

Suasananya akrab sekali.

Saya diundang tea party sore itu.

Hadir berbagai manajer perusahaan minyak.

"Ini per- temuan internasional," ujar tuan rumah bergurau, sebab yang hadir dari berbagai bangsa.

Masing-masing memperkenalkan diri, dengan menyebut nama dan negeri asalnya.

Saya diundang tea party sore itu

Selain Amerika, terdapat orang Meksiko, Spanyol, Kanada, Belanda, Belgia, Portugal, dan lain- lain.

Dipertunjukkan kepada saya film penambangan minyak di berbagai negara, termasuk lepas pantai di Eropa Utara, dan di Indonesia sendiri Obrolan bebas saja, namun ketika orang Portugal me- nanyakan soal Timor Timur, saya tenang.

Dia rupanya tidak lupa akan negeri yang pernah dijajah bangsanya selama 400 tahun.

Saya cuma berucap bahwa pembangunan negeri itu kini amat pesat.

Jalan dan jembatan sudah mulus, sekolah dibangun di mana-mana.

Si Portugal bungkam.

Saya tukas: "Kita ngobrol relaz saja-lah, tidak usah omong omong politik.

Mari kita nikmati sajian tuan rumah ini" Hadirin sepakat menghindari dialog politis, yang bisa perang argumentasi.

Saat itu soal provinsi ke-27 itu, memang sedang hangat setelah berintegrasi dengan RI Sekilas Baca Surat Kabar Dari Washington, DC, saya berkunjung ke kota New York dengan naik kereta api.

Di stasiun pemberangkatan terlihat beberapa orang memegang surat kabar harian, antara lain Washington Post, New York Times, USA Today, dan sebagainya.

Koran-koran tadi, berpengaruh di dunia.

Dibeli secara oto- matis dengan con sesuai harga.

Norannya tebal-tebal, sampai 72 halaman.

Berat sekitar satu kilogram.

Tiap halaman banyak iklan.

Dulu ini idaman saya, kini sudah terjejak

Mereka asyik membaca.

Bukan ngobrol sesama penumpang.

Beberapa jam Kereta sampai di New York.

Kota di tepi Lautan Atlantik ini, berpenduduk lebih kurang 10 juta jiwa.

Di bawah tanah g-siur 1.100 km jaringan jalan kereta api.

Dulu ini idaman saya, kini sudah terjejak.

Catatan Perjalanan ke Luar Negeri oleh pasukan polisi berkuda, sehingga berjalan tertib, tidak boleh lewat garis yang ditentukan.

ngenai keluarga besar ini la belakang rumah saya di Bansa Ketaping.

Hampir sehari saya bernostalgia dengan uda Zainul me- pung halaman.

Ibunya, Andai Muntok asal Baringir, sekitar empat kilometer dari Lawang.

Waktu zaman revolusi, ma hidup sebagaimana warga negeri Lawang lainnya, bertani.

Makam e.

Datuk Batungkek Ameh cdi Saya sehari suntuk mengelilingi pulau Manhattan dengan kapal pesiar bersama wisatawan domestik AS, dan man- canegara.

Di pulau seluas 52 km? inilah pusat kota New York, kedudukan pemerintahan kota, pusat keuangan, dan kebu- dayaan Amerika.

Comments

Popular posts from this blog

Catering di Jogja : Cara Membuat Resep Cokelat Mint Tart

Catering : Resep Tortilla Jagung yang Nikmat dan lezat

Aqiqah Bandung Murah : Pesta Makanan Untuk Liburan di New York